Sabtu, 13 April 2019

Pendakian Gunung Lawu Via Candi Cetho


Sore itu, Jum'at, 22 Mei 2019, saya berangkat dari Yogyaktarta dengan cuaca ujan yang begitu besar akhirnya aku dan kawan-kawan memutusakan untuk menunggu hujan reda dulu baru berangkat lagi dengan tiga kawan sebenarnya empat orang tapi kita bertemu dijalan dengan teman yang satu tapi balik kampung ke Salatiga makanya kami bertemu dengan kawan yang satu di jalan, itu sekitar udah sholat magrib dan kami berhenti untuk makan malam di sebuah warung dan sambil sholat isya sebelum kami melanjutkan ke base camp jalur pendakian, dan dijalan aku pisah dengan kawan tepatnya di Solo kami berpisah karena sudah  malem akhirnya saya sama teman saya akhirnya beli logistik dulu di sebuah Alfamart karena dari rumah belum beli logistik karena biar gak terlalu ribet akhirnya saya berhenti di Alfamart dulu beli logistik dan gas, karena saya sama teman saya belum pernah ke ndaki ke Gunung Lawu kami bingung akhirnya kami nanyak di kasir Alfamart nya untuk memberitahu jalan ke base camp via candi cetho setelah itu kami melanjutakan perjalan dan dijalan aku bertemu dengan kawan yang pisah tadi dan kami bersama melanjutakan perjalanan menuju base camp dan sampai sana sekitar jam 10 trs kami langsung istirahat buat tenaga besok.

Paginya aku bangun meski udah pagi base camp udah dipadati oleh pendaki dari berbagai penjuru karena hari itu juga bertepatan dengan hari weekand makanya orang pagi-pagi udah penuh yang ingin mendaki setelah cuci muka aku langsung pesan nasi pecel dan segelas susu buat tenaga naiknya biar fisik gak lemes saat pendakian setelah sarapan semua dan packing ulang carrier dan kami berdoa sebelum melakukan pendakian setelah itu langsung berjalan keatas ketemu pos untuk simaksi dulu dan mengisi data.

Gambar terkait


Gunung Lawu berada di Jawa Tengah tepatnya di Kabupaten Karanganyar sekitar 1 jam dari arah kota Solo (Surakarta), dengan ketinggian 3.265 mdpl, banyak pemandangan yang di suguhkan yang menarik dan enak di pandang mata seluas mata memandang dengan hamparan sabana yang begitu bagus sangat menyuggguhkan mata, masih banyak lagi yang lainnya.

Ada empat jalur pendakian Gunung Lawu, yakni Cemoro Sewu, Candi Cetho, Cemoro Kandang, Jogorogo. Kami memilih Via Candi Cetho, sebab dibandingkan dengan jalur yang lain Candi Cetho lebih menyuguhkan hamparan padang rumput yang begitu indah untuk kita nikmati dan jalurnya tidak terlalu terjal dan landai walaupun perjalan cukup panjang.

Di Pos 1 aku dan kawan-kawan bertemu dengan dua pendaki orang nya yang begitu lucu dan membuat kami langsung akrab sama mereka karena mereka selalu membuat kami tertawa, disana sebelum perjalanan lanjut kami sempat berbinjang-bijang dulu dengan mereka padahal kami baru kenal tapi kami langsung akrab, saling bertukar pikiran sambil sahring cerita tentang pendakian jalur Gunung Lawu setelah mereka udah selesai packing akhirnya kami dan teman-teman memutuskan untuk ikut gabung bersama mereka melakukan pendakian.

Sebut saja nama nya mas Dimas dan Mas Panji orangnya sangat baik aku banyak belajar dari mereka berdua setelah lama berbinjang dia menyebut pernah ke Gunung Rinjani dan teman aku bilang nah ini mas dari Lombok dia terus aku bilang mas udah ke Rinjani iya dia bilang aku mendapat kan jodoh di Gunung Rinjani kata mas Dimas ini setelah aku tanya akhirnya aku tahu ternyata istri nya dari Lombok, dari itu juga aku semakin akrab sama mas Dimas sering ngomong membahas tentang pengalaman pendakian.

Tidak terasa sambil kami berjalan akhirnya kami ketemu dengan mata air tempatnya di bawah Pos 3 dan kami memutuskan untuk masak dan istirahat dulu sejenak sambil menikmati udara segernya di sertai kabut dan rintikan hujan yang begitu dingin, dan kami makan di atas palstik hitam yan dibawa sama mas Dimas kami bergibung berenam makannya sambil disertai dengan rintikan hujan sambil ketawa melihaat mas Panji yang begitu lucu saat makan bikin kita semua ketawa melihatnya, singakat waktu kami langsung bergegas melanjutkan perjalan dan ingin bermalam di Pos 5 kata mas Panji di sana bagus tempat camp akhirnya kami memutuskan camp di Pos 5, pas kami sampai sana udah mulai gelap dan mendirikan tenda disana setelah udah selesai mendirikan tenda kami masak untuk makan malam, karena rencana besok pagi mau berabgkat akhirnya kami memutuskan untuk tidur lebih awal supaya lebih pagi bangun.

Sabtu berganti menjadi Minggu, 24 Mei 2019 malam yang menemani kami sudah berganti menjadi pagi dan di temani secangkir kopi yang begitu hangat sambil menikmati pagi dan melihat hamparan sabana yang begitu indah, kami sarapan dulu terus packing semua carrier dan tenda satu kami packing, tendanya satu kami tinggalin satu karena berat akhirnya yang di bawa carrier dan barang yang penting saja untuk melanjutkan perjalan ke tempat mbok Yem sekaligus summit.

Sejauh mata memandang sabana yang sangat menyuguhkan mata yang begitu panjang seolah-olah tanpa ujung di pandang oleh mata, setelah sampai di gupakan menjangan puncak Lawu pun udh terlihat dari kejauhan, menadakan puncak dekat di pandang mata tapi masih jauh, dua jam lebih kami menyusuri hamparan rumput dan kering pohon-pohon yang mati bekas kebakaran tahun lalu pohon banyak yang gosong.

Warung Mbok Yem yang paling legendaris di Indonesia
Singkat cerita tentang pemilik warung yang legendaris di Gunung Lawu, beliau adalah Mbok Yem yang katanya dari wawancara singkat kami beliau sudah berada di atas Gunung Lawu sudah kurang lebih 35 tahun, selain berjualan beliau juga menyediakan tempat peristirahatan buat para pendaki, dan itu tidak di pungut biaya.



Rasanya belum pas kita ke Gunung Lawu kalau belum nyicip enaknya nasi pecel Mbok Yem yang sangat legenda untuk bagi para pendaki indonesia, Mbok Yem atau ibu Wakiyem merupakan sosok ang cukup legendaris. Wanita berusia 60 tahun-an ini adalah pemilik warung yang berada di puncak Hargo Dalem dengan ketinggian 3150 mdpl, selisih 115 mdpl dari puncak Hargo Dumilah/puncak tertinngi gunung  lawu.

warung Mbok Yem didirikan semenjak tahun 1980-an. Dengan bangunan yang terbuat dari kayu cukup sederhana, namun bisa digunkan juga sebagai tempat istirahat alternatif bagi para pendaki yang tak mau repot mendirikan tenda, karena warung ini memiliki ruangan yang cukup luas dan nyaman didalamnya.

Warung Mbok Yem telah dinobatkan sebagai warung tertinggi se indonesia oleh para pendaki indonesia, sebetulnya hampir dibeberapa gunung ada warung-warung selain milik Mbok Yem. Namun tak ada yang buka buka diatas ketinggian 3000 mdpl dan mereka hanya buka di hari-hari besar, libur dan hari tertentu saja.

Berbeda dengan warung Mbok Yem, warung beliau melayani pendaki hampir 24 jam. Mbok Yem sendiri, mengaku beliau turun untuk pulang ke tanah halamannya  di magetan cuma setahun sekali di hari lebaran saja, beliau berjualan ditemani oleh kerabat lelakinya untuk pasokan dagangnya sendiri biasanya ada yang mengirim dari bawah seminggu sekali.

Kami sendiri mengakui kegigihan Mbok Yem untuk meninggali dan mencari sumber pengasilan tetap di puncak Gunung Lawu, pasalnya selain menyimpan mitos mistis, Gunung ini juga memiliki cuaca yang ekstrem. Selain angin kencang, pada malam hari suhu udara di puncak bisa mencapai minus 5 derajat, sekilas cerita tentang Mbok Yem.

Sekitar jam satu lehih kami sampai ke tempat Mbok Yem langsung kami istirahat dan langsung pesen nasi pecel Mbok Yem saking penasarannya dari bawah udah aku bayangin nasi pecel Mbok Yem karena kata pendaki yang aku temui jalan cerita nasi pecel nya enak itu yang membuat semakin penasaran langsung sampai sana aku pesen nasi pecel dan teh panas, setelah itu kami langsung wawancarai Mbok Yem tentang beliau dan sambil kami poto-poto setelah wawancara tentang beliau.

Summit ke puncak Gunung Lawu
Setelah kami lama istirahat kami langsung summit sekitar jam 3 carrier dan barang yang lain kami tinggal di tempat peristirahatan Mbok Yem, satu teman gak ikut summit karena tidur dan kami berlima jandinya tapi kami bertemu pendaki dari bandung dan dia ikut gabung summit ke puncak sambil becerita pengalaman sama mas Angung karena dia udah ke Lombok kami sering pengalaman sama mas Angung, tidak terasa udah sampai atas sambil cerita, ternyata perjalan dari tempat Mbok Yem tidak terlalu jauh sekitar satu jam sampai atas sungguh indah pemandangan yang disuguhkan Gunung Lawu serasa kita udah di atas awan, setelah poto-poto dan mengambil beberapa video sama rombongan langsung turun karena di atas hujan makanya cepat-cepat turun sambil aku cepat masukin camera ke tas karena hujan udh mulai turun, sampai di bawah cerah dan kami istirahat bentar rencana langsung turun tapi mas Dimas mendadak pusing dan muntah-muntah akhirnya nunggu mas Dimas mendingan dulu baru kita turun tapi lama-lama hujan pun datang yang disertai dengan hujan es, hujan angin di sertai dengan petir yang begitu besar dan kami memutuskan untuk turun besok pagi-pagi langsung turun.

Kembali ke '' Base Camp'' Candi Cetho

Pagi telah datang hari telah berganti Senin, 25 Mei 2019. kami melanjutkan perjalan lagi untuk pulang setelah 3 hari gak  mandi akhirnya bisa mandi di base camp di bawah kami sampai ke base camp sekitar jam 4 sore, saking lelahnya kami langsung pesen es teh dan istirah sebentar langsung mandi dan siap-siap untuk balik setelah kami berbinjang akhirnya kami pulang bersama-sama meninggalkan base camp.

Banyak pengalaman yang sangat berharga yang terbayar dari Gunung Lawu, jujur pertama-tama aku merasa nyesel putus asa tapi setelah sampai puncak dan sambil menikmati perjalan saat pendakian aku merasa terbayar sudah semua keluh kesah aku yang tadinya gak semangat jadi lebih semangat.

Selain itu juga menyungguhkan panorama alam yang masih asri dan alami, perjalanan ini juga banyak mengajarkan arti sebuah kesabaran dalam mencapai tujuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendakian Gunung Lawu Via Candi Cetho

Sore itu, Jum'at, 22 Mei 2019, saya berangkat dari Yogyaktarta dengan cuaca ujan yang begitu besar akhirnya aku dan kawan-kawan memut...